KISAH ANAK BODOH DI SEKOLAH YANG MENJADI DOKTER FAVORIT AMERIKA

Posted by Menginspirasi Bersama on 5:53:00 PM



Di sekolah setiap anak punya bakat, minat dan kecerdasan yang berbeda. Anak yang cepat memahami sebuah pelajaran kerap disebut anak cerdas, dan anak yang agak lambat disebut anak "otak udang", begitulah gambaran kita saat masih sekolah dulu. Sering timbul perang batin pada anak saat ia menerima raport "kebakaran" karena kecenderungan yang sering terjadi, anak akan dimarahi oleh orang tuanya dan akhirnya "beban mental" anak bertambah. Sejak saat itulah cap "anak bodoh" akan terus melekat pada dirinya. Kata-kata buruk itu terus akan mengikuti dirinya. Apakah seburuk itu gambaran sebenarnya anak kita ?

Pada dasarnya tidak ada anak yang terlahir bodoh. Tuhan menganugerahkan kelebihan berpikir pada manusia dibanding makhluk lainnya. Menjadi rangking terakhir di kelas apakah berarti ia bodoh ? Tunggu dulu .....

Ada seorang anak yang dibesarkan dalam serba keterbatasan dan kemiskinan. Ibunya bernama Sonya, yang dikeluarkan dari sekolahnya karena tidak mampu membayar di kelas tiga SD. Usia 13 tahun Sonya menikah dan melahirkan anak cemerlang, Benyamin Carson. Ben lahir di Detroit, Michigan 18 September 1951.

Ibunya membesarkan Ben dan kakaknya Curtis seorang diri dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga paruh waktu. Terkadang hanya 2 atau 3 pekerjaan saja yang diambil ibu Ben. Ben mengalami kesulitan belajar saat di sekolah. Nilai-nilainya di bawah standard. Cukup alasan buat sekolah untuk mengeluarkan Ben.

Teman-teman Ben menjulukinya "anak bodoh", "idiot" dan julukan lainnya yang menyakitkan. Kebodohan Ben ternyata ada kisahnya tersendiri. Ben tidak bodoh. Dia harus membantu pekerjaan rumah yang ditinggalkan ibunya ketika bekerja hingga larut malam. Akibatnya Ben, sering mengantuk saat di kelas pagi hari dan sulit berkonsentrasi. Inilah peristiwa yang terjadi pada Ben.

Semangat Ben pun timbul. Ia tidak ingin dijuluki anak bodoh terus-menerus. Dengan semangat membaja, dan atas bantuan ibunya, Ben setiap minggu diwajibkan membuat resume dari buku perpustakaan dan hasilnya dibacakan pada ibunya. Ternyata proses belajar seperti ini menghasilkan sebuah kemajuan buat Ben. Ben berhasil menjawab semua pertanyaan gurunya dan nilai-nilai Ben menjadi lebih baik.

Rasa haus dan lapar akan ilmu pengetahuan terus menguasai Ben. Semua mata pelajaran dilahap Ben dengan rakus. Ben bercita-cita menjadi seorang dokter. Setelah lulus dari SMA, ia pun melanjutkan ke Universitas Yale dan meraih gelar psikolog di Yale. Minatnya pun berubah 360 derajat, tiba-tiba ia ingin menjadi ahli bedah syaraf terkenal. Ben segera mendaftar ke Fakultas Kedokteran di Universitas Michigan. Ben lulus menjadi dokter bedah syaraf dengan nilai cum laude.

Siapa menyangka, dulu anak paling bodoh di sekolah kini adalah seorang dokter bedah syaraf terkenal di Amerika. Berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri diraih Ben. Bahkan Gedung Putih juga sempat menyematkan penghargaan "The Presidential Medal of Freedom".

Ben sering tampil sebagai pembicara pada seminar-seminar kedokteran di seluruh dunia. Pendapatnya dijadikan sebagai rujukan utama dalam bidang bedah syaraf.

Pada usia 32 tahun, Ben menjadi direktur Rumah Sakit Bedah Syaraf Pediatric. Sebuah pencapaian yang mengejutkan dari seorang dokter muda.

Dari kisah ini, kita sebagai orang tua bisa memetik hikmah :

Anak Bodoh di Kelas bukan sebuah kesalahan.

Anak seperti ini membutuhkan sebuah dorongan untuk sebuah pencapaian. Ia bagai tanah liat yang sedang diaduk-aduk oleh pengrajin agar tanah bisa dibentuk dengan bagus, dan tanah berbentuk masih harus dibakar demi kekuatan dan kestabilan sebuah wujud hasil karya. Inilah penggodokan mental dan ujian kesabaran buat orang tua. Anak yang kuat adalah anak yang sering dikecewakan oleh lingkungan dan mereka menjadikannya sebagai pembelajaran.

Peran Aktif  Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Sangat Diperlukan

Ibu Sonya yang aslinya juga tidak memiliki latar belakang pendidikan yang baik, ternyata memiliki impian dan semangat besar demi kemajuan anak-anaknya. Dengan mereview ringkasan Ben setiap minggunya, ibu Sonya menjadikan dirinya sebagai guru besar bagi anak. Anak sangat terkesan dengan ini. Di dalam benak alam pikiran Ben, akan tertanam cita-cita, melihat perjuangan ibunya yang keras, ia bertekad akan membahagiakan ibunya. Di sinilah energi positif dan cita-cita besar menumbuhkembangkan pembelajaran yang luar biasa pada diri Ben. Jadi jelas bukan kalau anak bodoh di sekolah bukan lah akhir dari segalanya. Bukan sebuah musibah atau bencana bagi orang tua. Namun tugas orang tua adalah menjadi guru besar yang menumbuhkembangkan semangat pembelajaran demi pencapaian cita-cita yang tinggi. Tidak ada yang tidak bisa diraih selama kita mau berusaha dan berdoa.

" Bila seorang ibu menularkan semangat pembelajaran dan bersungguh-sungguh mengajarkan pada anaknya pendidikan kehidupan, kelak ia akan menemui orang besar yang menangis bahagia dan mencium keningnya "

Ditulis Oleh :: Agung Soni


Sumber / References :: http://www.kompasiana.com/

Nama Anda
New Johny WussUpdated: 5:53:00 PM

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Privacy Policy

CB