Semoga Cerita Motivasi ini dapat menginspirasi para pembaca
semua khususnya para kaula muda indonesia tercinta.
Langsung saja kita simak bersama-sama sebuah cerita motivasi
“Renungan Untuk yang Masih Muda” berikut ini.
Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo
atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya.
Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih
membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang kesepian dalam
hidupnya.
Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu
tua, tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk
menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.
Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba
mengajaknya berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol
dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan kisah hidupnya.
Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas
panjang. Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha
yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya
cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal
dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.
Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil
sekolah sampai keluar negeri dengan Biaya yang tidak pernah saya batasi.
Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam
berkeluarga.
Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya
pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu
setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia
karena sakit yang sangat mendadak. Lalu sejak kematian istri saya tinggallah
saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami semua tidak ada yang
mau menemani saya karena mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup
saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya
memerlukan nya.
Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun
memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan
mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh
saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya
karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tapi tanpa ada
orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak
saya yang sulung.
Tapi apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk
sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka
mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya
selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah
sakit-sakitan.
Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap
kalau saya akan mendapatkan sukacita idalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih
menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan
semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya
mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal
itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang
sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap
hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah
hati nurani mereka?
Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak
yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang
anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya
dapatkan?
Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya
dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya
untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk
berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.
Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari
mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan
saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan
segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan
hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan,
semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka
tapi mereka sibuk dengan diri sendiri.
Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan
anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan
juga kunjungan dari sahabat – sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya
merindukan anak-anak saya.
Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang
kesana dan berbicara dengan sang opa.
Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti
dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta
anak-anaknya untuk berkunjung.
Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan
menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita.
Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan
kesepian ? Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan
menjadi seperti ini.
Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab
banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.
Semoga bermanfaat.
Sumber / References ::
http://duniabaca.com/
0 comments:
Post a Comment