Nama : Raden Adjeng Kartini
Tempat Lahir : Jepara Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Senin, 21 April 1879
Zodiac : Taurus
Wafat : 17 September 1904, Kab. Rembang
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pasangan: K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Soesalit Djojoadhiningrat
Dikenal karena : Emansipasi wanita
Biografi RA. Kartini
Sudah banyak yang mengupas kisah mengenai sosok Kartini,
salah satu tokoh pahlawan wanita fenomenal dari Tanah Jawa, tepatnya di Jawa
Tengah. Banyak penulis menuturkan perjalanan hidup beliau yang menginspirasi
lewat biografi, seperti yang dilakukan oleh Sitisoemandari Soeroto dalam
bukunya yang berjudul, ‘Kartini : Sebuah Biografi’. Dalam buku tersebut
diterangkan mengenai silsilah keluarga Kartini, sisi kehidupan yang menjadi
saksi perjuangan melalui tulisannya yang sarat akan kritik penyetaraan gender,
nasionalisme yang menggugah sampai ke negeri Belanda. Kumpulan tulisan kepada
sahabat-sahabat penanya di Belanda maupun surat-surat yang pernah ia buat
dirangkum Armijn Pane dalam sebuah buku berjudul, ‘Habis Gelap Terbitlah
Terang’, yang juga merupakan salah satu tema surat yamg pernah beliau tuliskan.
Berikut pemaparan mengenai Biografi Kartini mulai dari perjalanan hidupnya,
karyanya, semua yang bersangkutan mengenai Kartini, kontroversi gelarnya, serta
keturunan Kartini yang masih hidup. Semuanya disadur dari buku dan beberapa
sumber dari Internet.
Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat adalah nama lengkap
beliau. Ia dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa
Tengah. Ayahnya yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat merupakan
seorang bupati Jepara. Kartini adalah keturunan ningrat. Hal ini bisa dilihat
dari silsilah keluarganya. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi
bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari NyaiHaji Siti
Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari
sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis
keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan
Majapahit. Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18,
nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja. Ayah
Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu
itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A.
Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden
Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan
itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan
ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan
tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua.
Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun
dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang
memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah
seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini
diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain
Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal
di rumah karena sudah bisa dipingit. Beliau bersekolah hanya sampai sekolah
dasar. Ia berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya, tapi tidak diizinkan oleh
orangtuanya. Sebagai seorang gadis, Kartini harus menjalani masa pingitan
hingga sampai waktunya untuk menikah. Ini merupakan suatu adat yang harus
dijalankan pada waktu itu. Kartini hanya dapat memendam keinginannnya untuk
bersekolah tinggi.
Untunglah beliau gemar membaca dari buku – buku, koran,
sampai majalah Eropa. Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa
.Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter
Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko
buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu
pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche
Lelie. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judulMax
Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah
dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus.
Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang
sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan
sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder(Letakkan
Senjata). Semuanya berbahasa Belanda. Pikirannya menjadi terbuka lebar, apalagi
setelah membandingkan keadaan wanita di Eropa dengan wanita Indonesia. Sejak
itu, timbullah keinginan beliau untuk memajukan perempuan pribumi yang pada
saat itu berada pada status sosial yang rendah. Ia ingin memajukan wanita
Indonesia melalui pendidikan. Untuk itu, beliau mendirikan sekolah bagi gadis –
gadis di Jepara, karena pada saat itu ia berdomisili di Jepara. Muridnya hanya
berjumlah 9 orang yang terdiri dari kerabat atau famili.
Di samping itu, ia banyak pula menulis surat untuk
teman-temannya orang Belanda. Salah
satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dalam surat itulah ia
melampiaskan cita-citanya untuk menuntut persamaan hak dan kewajiban antara pria
dan wanita. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan
akhirnya dimuat diDe Hollandsche Lelie, sebuah majalah terbitan Belanda yang
selalu ia baca. Dari surat-suratnya, tampak Kartini membaca apa saja dengan
penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut
salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya
semata-mata soalemansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini
melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan
hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda
karena tulisan-tulisan hebatnya, namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar
Kartini harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang
kala ituyang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12
November 1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah dari Jepara ke Rembang mengikuti
suaminya. Suaminya mengerti keinginan
Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di
sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah
bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Kartini memiliki seorang anak lelaki bernama Soesalit
Djojoadhiningrat, yang dilahirkan pada tanggal 13 September 1904. Selang
beberapa hari pasca melahirkan, Kartini tutup usia pada tanggal 17 September
1904. Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Beliau dimakamkan di Desa Bulu,
Kecamatan Bulu, Rembang.
Untuk menghormati kegigihan beliau, didirikanlahSekolah
Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada tahun1912, kemudian di Surabaya,
Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut
adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga
Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.Setelah Kartini wafat, Mr.J.H.
Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A
Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai
Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul
Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju
Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini
dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat
Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa
Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang:
Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun
1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang
sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk
menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya.
Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam
bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu,
surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan
Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi,
sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini
mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.
Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi
inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R.
Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
Sayangnya, banyak kontroversi bermunculan dikarenakan
ketetapan Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia,melalui Keputusan
Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang
menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan
hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai
hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.Bahkan lagu Ibu Kita
Kartini yang diciptakan oleh W.R. Supratman menjadi salah satu lagu nasional.
Hal ini menuai protes dari beberapa kalangan di Indonesia. Pengistimewaan
Kartini terkesan pilih kasih dari Pahlawan wanita Indonesia lainnya di berbagai
belahan nusantara seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Maria Tiahahu, Rohana
Kudus, yang beberapa diantara mereka menurut para pengecam, telah ikut
berperang langsung dengan para penjajah Belanda, dibandingkan Kartini yang
hanya menulis. Namun, apa yang dikatakan Oov Auliansyah pada halaman
(http://sosok.kompasiana.com/2013/04/21/kartinitak-layak-jadi-pahlawan-nasional-553170.html)
ada benarnya, ia mengatakan bahwa, “...Kartini telah berfikir tentang
perssamaan gender di awal 1900. Berbicara tentang wanita yg berhak mendapat
pendidikan selayaknya kaum laki-laki (laki-laki bangsawan & Belanda, SAAT
itu diskriminasi cukup kuat).
Kartini melawan diskriminasi Belanda terhadap pribumi dan
kesewenang-wenangan Belanda lewat suratnya kepada sahabat-sahabatnya di
Belanda, akhirnya mampu menggugah hati pemerintah Belanda dan membangun
pendidikan di Jawa. Kartini adalah anak kaum bangsawan, bisa dibilang seorang
borjuis kecil, tapi kemudian dia memilih sendiri turun menjadi proletar.
Surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat
menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai
mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa,
sehingga menimbulkan simpati dari masyarakat Belanda dan menentang kebijakan-kebijakan
parlemen Belanda yg merugikan kaum pribumi Jawa...Kartini telah memikirkan
tentang pendidikan kaum wanita di masyarakat Jawa pada waktu itu yg terpaku
dengan segala adat-adatnya yang kaku, seolah wanita sudah tidak perlu
pendidikan, bisa bahasa Belanda saja sudah cukup, kemudian tinggal menunggu
dinikahi dan kemudian dimadu.Kartini telah memikirkan ini di awal 1900-an.
Bahkan ada yang menyangsikan gelar Kartini sebagai Pahlawan
Nasional dikarenakan beliau hanya menulis. Namun hal ini dibantah oleh beberapa
pendapat dari halaman
(http://pustakailmudotcom.wordpress.com/2014/02/23/kartini-layak-menjadi-pahlawan/)
yang menyatakan bahwa, “... Kartini memang tak bisa mewujudkan mimpinya
(akhirnya dipoligami), tapi dia meninggalkan tulisan-tulisan yang dahsyat. Itu
sudah cukup. Sebenarnya Soekarno tidak keliru memilih Kartini sebagai Pahlawan
Nasional…Surat Kartini jadi biasa bagi pembaca yang sudah mengenyam pendidikan.
Coba dirimu di era pingitan atau 1890-an…Kartini memang bukan penggerak orang.
Ia tak pernah berorasi. Juga tak punya Taman Siswa seperti Ki Hajar Dewantara,
tapi siapa yang menghubungi Oost en West untuk memulai lagi kerajinan tangan
asli Hindia Belanda? Itu Kartini! Siapa yang menggelar pameran kerajinan
PERTAMA asli Hindia Belanda sampai London memperhatikan batik nasional?
Kartini! @AndiChamomile.
Siapa yang ngobrol soal “feodalisme” sampai akhir tahun
1900-an dan itu di balik dinding ruang pingitan? Kartini! FYI: setahuku hanya
surat-surat Kartini yang komprehensif membicarakan itu semua. Aku gak ngomongin
profil lho ya, bukan!...Pahlawan itu tidak harus angkat senjata dan menyelam di
lautan pertempuran. Itu pertimbangan Soekarno...Kalau sampean bilang tulisan
Kartini biasa-biasa saja, sungguh aku harus bilang: Kamu harus (benar-benar) banyak
baca!!! Pemimpin redaksi De Echo di Jogjakarta saat itu sampai minta ortunya
Kartini biar mau nulis buat rubrik khusus. Koran-koran Belanda itu ngemis
tulisan Kartini. Kartini sering nolak. Sampai-sampai ia harus pake anonim “Tiga
Saudara” kalo nulis lho...kalau menilai tulisan Kartini biasa-biasa saja, kamu
benar-benar harus banyak baca! Tanpa Kartini, dunia memang tahu Hindia Belanda.
Tapi siapa sih yang tahu soal Koja kalau bukan dari reportase Kartini?Serius,
Kartini tuh mereportase, dan bertitimangsa 1890-an. Ini soal sejarah Kepala
Bumipuetra pertama di Indonesia…Kartini jadi pahlawan karena ia meninggalkan
tulisan. Tulisannya bukan pepesan kosong…Pemikiran Kartini jauh melampaui
orang-orang di zamannya, bahkan bangsawan dan lelaki sekalipun http://t.co/3qHSxKHWkA...Kalau
meragukan tulisan karya Kartini adalah benar-benar dari Kartini, mungkin karena
riset itu tidak tercantum nama Kartini sebagai penulisny... Kartini sering
nulis. kadang disimpen di lemari. Saat KITLV datang, tulisan Kartini disetorkan
sendiri oleh ayahnya...Sangat disayangkan kalau masih ada yang menyangsikan
kepahlawanan Kartini hanya karena ia akhirnya dipoligami, padahal suaranya
anti-feodal…Kalau mau baca barang sebentar tulisan-tulisan Kartini, pasti
terdiam. Perempuan sehebat ini tidak salah jika disebut Pahlawan Nasional!”
Berikut serba – serbi
Kartini yang disadur dari sebuah halaman blog :
1) Majalah Kartini
"Kartini adalah majalah wanita yang didirikan oleh
Lukman Umar. Majalah Kartini pertama kali diterbitkan pada tahun 1973 dan
sangat populer di Indonesia. Edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Kartini
Group. Selain edisi cetaknya, ada pula edisi online nya."
2) Nama Universitas
Nama bu Kartini di jadikan nama salah satu Universitas di
Surabaya, tepatnya di Jl. Raya Nginden
No. 19-23 Surabaya, Jawa Timur. Perguruan Tinggi Swasta ini berdiri sejak tahun
1986, yang terletak di kawasan Surabaya Timur dengan empat lantai. Kampus ini
membuka program D3, S1, dan S2 yang memiliki fakultas hukum, ekonomi, tehnik
dan pariwisata.Walaupun namanya Universitas Kartini, tapi kampus ini tidak
hanya untu perempuan saja.
3) Nama Film
R.A. Kartini adalah sebuah film drama perjuangan Indonesia
yang diproduksi pada tahun 1984. Film yang disutradarai oleh Sjumandjaja ini
dibintangi antara lain oleh Yenny Rachman, Bambang Hermanto dan Adi Kurdi. Film
ini mengisahkan tentang perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak kaum
wanita Indonesia yang pada saat itu masih belum disetarakan dengan hak-hak kaum
pria dalam hal mendapatkan pendidikan dan sebagainya (emansipasiwanita).
4) Nama Museum
Jika anda datang ke Kota Jepara jangan lewatkan untuk mampir
ke Museum R.A.Kartini yang berada di tengah-tengah jantung Kota Jepara, Jalan
Alun-alun No.1 Jepara sebelah barat daya Pendapa Kabupaten Jepara. Lokasinya
memang sangat strategis, persisnya sebelah timur Kantor Pusat Pemerintahan
Kabupaten, sebelah selatan Alun-alun dan Masjid Besar, sebelah barat Kodim
Jepara dan sebelah utara shopping centre ( Pusat Perbelanjaan ).
Museum R.A.Kartini sendiri didirikan pada tanggal 30 Maret
1975 atas usulan wakil-wakil rakyat Jepara dan didukung bantuan dari mantan
Presiden Soeharto, pada era Jepara dipimpin oleh Bupati Suwarno Djojo Mardowo,
S.H. dan diresmikan pada tanggal 21 April 1977 tepat seabad peringatan
R.A.Kartini oleh Bupati Jepara, Sudikto S.H. Museum ini didirikan sebagai
penghargaan terhadap R.A.Kartini perintis emansipasi Wanita Indonesia.Dan saat
ini dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di bawah Pemerintah Daerah
kabupaten Jepara.
Museum R.A.Kartini berdiri di atas tanah seluas 5.210 meter
persegi, dengan luas bangunan 890 meter persegi yang terdiri atas beberapa
gedung. Selain menyajikan benda-benda peninggalan R.A.Kartini maupun kakaknya
R.M.P. Sosrokartono, juga menyimpan benda-benda kuno peninggalan sejarah dan
budaya hasil temuan di wilayah Kabupaten Jepara.
5) Nama Pantai
Obyek Wisata Pantai Kartini terletak 2,5 km ke arah barat
dari Pendopo Kabupaten Jepara. Obyek wisata ini berada di kelurahan Bulu
kecamatan Jepara dan merupakan obyek wisata alam yang menjadi dambaan
wisatawan.
Berbagai sarana pendukung seperti dermaga, sebagian aquarium
Kura-kura, motel, permainan anak-anak (komedi putar, mandi bola, perahu arus),
dan lain-lain telah tersedia untuk para pengunjung. Suasana di sekitar pantai
yang cukup sejuk memang memberikan kesan tersendiri buat pengunjung, sehingga
tempat ini sangat cocok untuk rekreasi keluarga atau acara santai lainnya.
Pantai Kartini menduduki peringkat pertama apabila dilihat
dari jumlah pengunjungnya. Hal ini karena pantai Kartini yang mempunyai luas
sekitar 3,5 hektar ini memiliki potensi alam berupa pemandangan pantai yang
indah, ombak yang kecil dengan pasir putihnya, serta topografi pantai yang
landai. Selain dapat menikmati indahnya pantai Kartini, kita dapat juga
menikmati naik perahu atau kapal motor menuju pulau Panjang atau pulau
Karimunjawa. Sementara disekitar pantai Kartini kita dapat menikmati berbagai
fasilitas.
6) Nama Penghargaan
Kartini Award adalah kegiatan tahunan organisasi yang dibentuk
pada tahun 1995, bagi para wanita yang telah melakukan hal-hal inspiratif dalam
kehidupannya. Tahun ini ada 7 perempuan inspiratif yang menerima penghargaan
WITT-Kartini Award 2014.
7) Nama Jalan di
Belanda
*Utrecht: Di Utrecht Jalan R.A. Kartini atau Kartinistraat
merupakan salah satu jalan utama, berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar
dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti
Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, Agostinho Neto.
*Venlo: Di Venlo Belanda Selatan, R.A. Kartinistraat
berbentuk 'O' di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh
wanitaAnne Frank dan Mathilde Wibaut.
*Amsterdam: Di wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih
dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di
sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi
dalam sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.
*Haarlem: Di Haarlem jalan Kartini berdekatan dengan jalan
Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir dan langsung tembus ke jalan Chris
Soumokilpresiden kedua Republik Maluku Selatan.
Berikut bukti
mengenai jejak keturunan Kartini
Tulisan ini disadur dari sebuah halaman blog mengenai hal
yang bersangkutan :
“……. yang menggerakkan saya untuk menulis artikel ini adalah
karena saya telah menikah selama hampir 7 (tujuh) tahun dengan salah satu
keturunan RA. Kartini dan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat,
seorang bupati dari Rembang. Yuppp.. seperti model keluarga Jawa pada umumnya,
pertemuan keluarga rutin diadakan tiap bulan di rumah keturunan Beliau. Apalagi
menjelang tanggal 21 April seperti ini, biasanya akan dikirimkan utusan
keluarga dari berbagai daerah untuk khusus nyekar ke makam Beliau di
Rembang……..” ;
Ketika tengah mencari info tentang silsilah dan keturunan
R.A. Kartini, kami temukan paragraf di atas yang merupakan petikan dari alamat
situs
http://mubarika-darmayanti.com/1303/ra-kartini-1001-perempuan-yang-berpengaruh-di-dunia-sosialmedia/ . Ya, Mubarika Darmayanti seorang blogger
Indonesia mengaku bahwa dia telah menjadi bagian keluarga besar R.A. Kartini
sejak 7 tahun yang lalu. Menilik beberapa temuan yang ada, kami rasa Mubarika
Darmayanti bukanlah seorang pembual.
Dari sumber artikel ke [2] yang menceritakan kepada kita
sedikit kisah tentang Singgih/ RM Soesalit (keturunan semata wayang dari R.A
Kartini) sebagai berikut : “… RM Soesalit pernah menjabat sebagai Panglima
Divisi III/ Diponegoro di kota Yogyakarta dan Magelang ( periode 1 Oktober 1946
– 1 Juni 1948) dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. RM Soesalit menikahi
Gusti Bendoro A.A Moerjati, putri Susuhunan Paku Buono IX dan mempunyai dua
putri yaitu R.A Srioerip dan R.A Sri Noerwati (putra pertama meninggal dan
istri RM Soesalit meninggal saat melahirkan putri kedua). Dalam perjalanan
waktu, RM Soesalit memperistri Ray.
Loewiyah Soesalit DA dan mempunyai Putra tunggal, yaitu : RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu RA Kartini)
yang menikahi Ray. Sri Biatini Boedi Setio Soesalit. Dari pernikahan itu
dikarunia 5 orang anak (cicit dari R.A Kartini) yakni: RA. Kartini Setiawati
Soesalit, RM. Kartono Boediman Soesalit,RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen
Bawadiman Soesalit, dan RM. Rahmat Harjanto Soesalit. Mayjen RM Soesalit Djojo
Adiningrat sendiri meninggal di sebuah
ruangan di bangsal Pavilliun Rumah Sakit RSPAD pada 17 Maret 1962, tepat jam
05.30 WIB, di makamkan di desa Bulu, Rembang dekat dengan makam ibundanya RA
Kartini. Tepat tanggal 21 April 1979, alm Mayjen RM Soesalit Djojo Adiningrat
mendapat anugerah dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Tanda Kehormatan
Bintang Gerilya… ”
Itulah salah satu bukti bahwa hingga saat ini masih ada
keturunan/keluarga asli dari Raden Ajeng Kartini.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu menghargai
jasa-jasa para pahlawannya.”
“Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi
berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu - (R.A Kartini).”
“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin
akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan.
Kehidupan manusia serupa alam. - R. A. Kartini ”
“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya
sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.
- R. A. Kartini.”
“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang
ringkas itu sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung
keberatan dan kesusahan. Kata "Aku tiada dapat!" melenyapkan rasa
berani. Kalimat "Aku mau!" membuat kita mudah mendaki puncak gunung.
- R. A. Kartini.”
“Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu,
meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena
jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju
ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri. - R. A. Kartini”
Penghargaan R.A.
Kartini
Tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan
Kemerdekaan
Setiap tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun
sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini
Namanya dijadikan nama jalan di beberapa kota di Belanda.
Seperti di Utrecht, Venlo, Amsterdam, Haarlem
Sumber / References ::
http://www.biografipahlawan.com/
0 comments:
Post a Comment