Irene Kharisma Sukandar lahir di Jakarta pada tanggal 7 April 1992, Ia
merupakan Grand Master Catur Putri asal Indonesia. Irene merupakan putri Anak
kedua dari tiga bersaudara, pasangan Singgih Heyzkel dan Cici Ratna Mulya. Kini
ia duduk sebagai siswi kelas II SMA Nusantara, Jakarta. Tetapi, karena
kesibukannya berlatih atau bertanding catur, terpaksa ia sering bolos sekolah.
Lucunya, ia tidak hapal nama teman-teman sekelasnya. Di luar kesibukannya
bertanding atau berlatih catur, ia pun punya sederet hobi. Antara lain, membaca
buku-buku sejarah, bermain biliard, mendengarkan musik instrumental dan
acapella, atau lari pagi. Irene memang putri kebanggaan Indonesia. Apa
cita-citanya? Sama seperti apa yang ia raih dari Persatuan Catur Seluruh
Indonesia (PERCASI) dan Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI).
Memang, awalnya Irene Kharisma Sukandar sempat menekuni
olahraga tenis meja. Sebab, kebetulan ayahnya pemain tenis meja. Tapi orang
tuanya kemudian membebaskannya memilih. Bahkan mendorongnya mendalami catur
yang merupakan olah raga otak, dan ia lebih tertarik. Alasannya, selain mudah
dimainkan, olahraga ini juga dapat menambah tingkat intelegensia. Awalnya Irene
mengikuti kejuaraan catur pada kejurnas catur tahun 1999 di Bekasi, Jawa Barat,
tim Sumatera Selatan kekurangan satu pemain. Ia pun akhirnya didaftarkan oleh
tim Sumsel. Itulah awal keikutsertaannya dalam event nasional. Karena baru
beberapa bulan mengenal catur, hasil yang dicapai di kejurnas itu memang belum
menggembirakan. Ia sama sekali tidak memperoleh nilai. Tapi, sejak itu Irene
Kharisma Sukandar merasa tertantang. Maka, mulailah ia serius belajar catur
sampai akhirnya masuk Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA) di Bekasi.
Sudah enam tahun Irene berlatih dan belajar catur di SCUA
Bekasi, milik pengusaha yang juga penggila catur, Ir Eka Putra Wirya. Di
sekolah ini ia ditangani mantan pecatur nasional, MI Ivan Situru. Meski baru
enam tahun digembleng di SCUA, ia telah memperlihatkan kemampuannya. Bahkan
sulit tertandingi oleh para pecatur perempuan lain di sekolah itu. Irene
mengatakana dalam permainan catur diperlukan konsentrasi dan harus fokus.
Pecatur, seperti atlet cabang olahraga apa pun, harus menunjukkan permainan
terbaik dalam setiap pertandingan. Tapi, bukan sekadar ingin menang. “Kalau
hanya berpikir ingin menang, jangkauan berpikir kita akan pendek. Kita akan
cenderung mengabaikan kualitas permainan,” ujarnya dengan kebijakan yang
mengagumkan. Baginya, apa pun hasil akhirnya, Irene Kharisma Sukandar harus
menerima. Yang penting, kualitas permainan maksimal. Dengan begitu, “Kesan
dalam setiap pertandingan bagi saya sama saja. Nggak ada yang terlalu wah, atau
down sekali,” ujarnya, ringan.
Mulai Mengenal Catur dan Menjadi Grand Master
Bagi kebanyakan orang, catur mungkin cuma kegiatan mengisi
waktu luang. Atau sekadar untuk bersantai. Tapi bagi Irene catur merupakan
olahraga yang dirasa match dengan karakter dirinya. Bakatnya dalam dunia catur
memang luar biasa. Ia mengenal catur sejak usia tujuh tahun, tepatnya tahun
1999. Dua tahun kemudian, pada tahun 2001, di usia sembilan tahun ia telah
meraih gelar Master Percasi (MP). Setelah itu, prestasinya terus berderet.
Tahun 2002, ia memperoleh gelar Master Nasional Wanita (MNW). Bahkan, tahun
2004 ketika berlangsung Olimpiade Catur di Malorca, Spanyol, ia berhasil
merebut gelar Master FIDE Wanita (MFW). Bukan saja itu. Ia juga meraih medali
perak dalam arena yang melibatkan 864 peserta dari 107 negara. Sebelumnya ia
juga meraih Juara 3 Kelompok Umur (KU) 10 Kejuaraan Catur ASEAN (2002) di
Singapura. Juara 4 KU 10 tahun Kejuaraan Catur ASEAN di Malaysia 2003. Dua
medali perak pada SEA Games Vietnam (2003) Peringkat ke-9. Kejuaraan Dunia
Junior di Yunani (2003) Medali perak Olimpiade Catur papan tiga di Spanyol
(2003). Peringkat ke-14 Kejuaraan Dunia Junior di bawah 14 tahun di Pulau
Kreta, Yunani (2004). Juga medali perak Kejuaraan Catur Asia di bawah 14 tahun
di Singapura (2004). Imbang 3-3 dalam dwitarung melawan GMW Corke (2005). Corke
adalah juara 1 Kejuaraan Catur Asia di bawah 14 tahun di Singapura.
Tentu, berbagai prestasi itu bukan karena faktor kebetulan.
“Untuk itu, saya harus fokus, dan rajin latihan bertanding,” katanya. Baginya,
kemenangannya dalam berbagai kompetisi dirasa sebagai prospek panjang untuk
perkembangan kariernya di masa datang. Apalagi, kini ia memang sedang berada
pada fase usia produktif untuk berprestasi. “Tetapi, satu atau dua tahun ke
depan, mungkin agak beda. Otak pasti juga akan terpakai untuk hal-hal lain.
Karena itu, sekarang saya emang fokus untuk satu cabang ini saja,” ujar
pengidola Judith Polgar, pecatur Hungaria ini.
Prestasi :
- Juara 3 Kelompok Umur (KU) 10 Kejuaraan Catur ASEAN 2002 di Singapura
- Juara 4 KU 10 tahun Kejuaraan Catur ASEAN di Malaysia 2003
- Dua medali perak pada SEA Games Vietnam 2003
- Peringkat ke-9 Kejuaraan Dunia Junior di Yunani 2003
- Medali perak Olimpiade Catur papan tiga di Spanyol 2003
- Peringkat ke-14 Kejuaraan Dunia Junior di bawah 14 tahun di Pulau Kreta, Yunani 2004
- Medali perak Kejuaraan Catur Asia di bawah 14 tahun di Singapura 2004
- Imbang 3-3 dalam dwitarung melawan GMW Corke 2005. Corke adalah juara 1 Kejuaraan Catur Asia di bawah 14 tahun di Singapura
- The Best Woman Player pada Malaysia Open 2008
- Imbang 2-2 melawan IM Tania Sachdev dalam dwilomba JAPFA 2010
- Juara 1 dalam Brunei Invitational IM Tournament 1 dan juara 2 dalam Brunei Invitational IM Tournament 2 di tahun 2010
- Juara 1 Asian Continental Chess Championship di Vietnam tahun 2012
0 comments:
Post a Comment