Secara
moral menjadi seorang aktivis merupakan kebanggaan tersendiri karena terbiasa
membela kaum yang tertindas. Mereka menjadi pelopor dan penggerak suatu
perubahan diberbagai bidang, seperti lingkungan, HAM, sosial dan masih banyak
lagi.
Aktivitasnya dalam memperjuangkan
kepentingan kelompok tertindas tak ayal membuat nyawa mereka sendiri terancam.
Tidak jarang para aktivis harus bertarung dengan maut untuk bisa membuat sebuah
perubahan.
Di Indonesia sendiri, sudah banyak aktivis
yang meninggal dan hilang karena upayanya mempertahankan sesuatu yang dianggap
benar. Setelah kasus meninggalnya aktivis HAM, Munir, pada September 2004 lalu,
Indonesia kembali kehilangan salah satu aktivis terbaiknya.
Salim Kancil, aktivis yang menolak keras
adanya penambangan pasir liar di Lumajang, Jawa Timur ditemukan tewas usai
dikeroyok gerombolan orang. Kelompok ini diduga merupakan pihak yang pro
terhadap penambangan liar di sana. Selain Munir dan Kancil, masih ada beberapa
aktivis lain yang hidupnya berakhir tragis. Siapa saja mereka?
1. Wiji Tukul
Wiji Tukul merupakan sastrawan dan aktivis
hak asasi manusia yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru. Ia hilang
bersama sejumlah aktivis lainnya Setelah
Peristiwa 27 Juli 1996 hingga 1998. Sejak tahun 2000, Thukul termasuk dalam
daftar orang hilang. Sejak 1998 hingga
saat ini, tidak diketahui bagaimana keadaan penyair tanpa rasa takut ini.
Wiji Thukul hidup dalam kemiskinan. Namun
hal ini tidak membelenggu hasratnya untuk melakukan perlawanan terhadap
penguasa. Ia terlihat sangat berapi-api untuk mendapatkan keadilan. Semua
kekerasan yang dialamatkan padanya, tidak lantas membuat Thukul menyerah. Dia
terus melakukan perlawanan. Aksi protes, puisi kritik, dan karya-karya berani
terus dia keluarkan. Hingga akhirnya, pada 27 Juli 1998, dia hilang dan tidak
ditemukan sampai sekarang.
2. Munir, Meninggal Karena
Diracun
Pria bernama lengkap Munir Said Thalib ini
merupakan aktivis Hak Asasi Manusia yang meninggal dunia setelah diracun. Ia
meninggal di Jakarta di dalam pesawat jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004
lalu.
Berawal dari melambungnya nama Munir
sebagai salah satu pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik oleh Tim Mawar
dari Kopassus setelah masa tergulingnya Soeharto dari pemerintahan, Munir
ternyata menjadi target pembunuhan selanjutnya. Banyak asumsi menyebutkan, dari
Munir, kebenaran tentang kasus penculikan yang ada pada masa itu akan terkuak.
Jauh sebelum namanya melambung, sejak tahun 1998, pria kelahiran Malang, 8
Desember 1965 ini telah banyak berkontribusi dalam memperjuangkan hak asasi
manusia.
Ia bahkan dikenal berani dalam bertindak.
Beberapa kasus pelanggaran HAM yang berhasil ditangani Munir salah satunya
adalah kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta (1997-1998),
pembunuhan besar-besaran terhadap masyarakat sipil di Tanjung Priok (1984
hingga 1998), dan penembakan mahasiswa di Semanggi, Tragedi I dan II
(1998-1999). Terlebih dari itu, masih banyak kasus yang sedikit demi sedikit
membuat namanya semakin banyak dikenal masyarakat.
3. Jopi Peranginangin,
Meninggal karena Ditusuk
Pria yang bernama lengkap Jopi Teguh
Laksana Peranginangin ini merupakan
aktivis Sosial dan lingkungan dari Partai Rakyat Demokratik. Ia
menghembuskan nafas terakhirnya pada Mei 2015 lalu setelah ditusuk oleh orang
yang tidak dikenal. Jopi dikeroyok pria berbadan tegap dan cepak, lalu salah
satu dari mereka menusukkan bayonet hingga tewas.
Ia merupakan penggiat reformasi 1998
yang kritis dalam menyuarakan soal
konflik-konflik masyarakat adat maupun petani yang hak-hak terampas industri
ekstraktif, seperti sawit, tambang dan lain-lain. Dia juga aktif menyuarakan
berbagai permasalahan di negeri ini di media sosial seperti Facebook dan
Twitter. Kini, polisi masih mengusut kasus penusukan Jopi dan memeriksa
beberapa saksi juga menganalisa rekaman CCTV.
4. Salim Kancil, Dibunuh
Karena Menolak Tambang Ilegal
Salim Kancil ditemukan tewas pada 26
September 2015 karena dikeroyok segerombolan orang. Ia merupakan aktvis
lingkungan yang menolak pembangunan tambang di Kecamatan Pasiran, Kabupaten
Lumajang, Jawa Timur.
Ironisnya Ia dihabisi nyawanya di hadapan
warga yang tidak kuasa menolongnya. Salim dijemput paksa saat tengah menggedong
cucu di kediamannya. Para preman ini
mengikat salim dan menyeretnya menuju balai desa. Selain diseret, Salim juga
dihajar dengan pukulan dan senjata selama perjalanan. Gerombolan ini terus melakukan adegan brutal
kepada Salim. Di dalam balai desa, Salim disetrum dengan alat listrik yang
sudah disiapkan kelompok tersebut.
Meski berada di dalam ruangan balai desa,
tak satu pun perangkat desa yang keluar menghentikan aksi 'gila' tersebut.
Salim Kancil pun tewas dalam aksi tak berperikemanusiaan itu. Salim tewas dalam
kondisi telungkup di antara batu dan kayu berserakan di dalam ruangan balai
desa.
Peristiwa ini bermula saat Salim dan rekannya sesama aktivis Forum Komunikasi
Masyarakat Peduli Desa, menolak adanya penambangan pasir liar di desanya.
Akibatnya, keduanya dikeroyok 40 orang pro-penambangan yang diduga kuat
dibekingi perusahaan besar.
Masih banyak aktivis-aktivis di luar sana
yang nyawanya kini terancam karena berusaha membela kebenaran.
0 comments:
Post a Comment