Oke, seluruh dunia saat ini sedang membicarakan Brexit, atau
keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa. Tapi apa yang sebenarnya terjadi?
Mengapa Inggris memutuskan keluar? Bagaimana dampaknya? (baca: apa dampak bila inggris keluar dari uni eropa serta hubungan Inggris dengan RI)
Kami telah mengumpulkan beberapa jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaanmu. Jawaban ini berasal dari berbagai sumber seperti BBC,
The Telegraph, Associated Press yang dikutip oleh JakartaPost, serta Reuters
yang dikutip oleh JakartaGlobe.
Kita mulai dengan...
Apa yang sebenarnya
terjadi?
Sebuah referendum telah dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Juni
kemarin untuk menentukan apakah Inggris akan tetap berada sebagai anggota di
Uni Eropa atau meninggalkan keanggotaannya. Hasilnya menunjukkan bahwa 52%
penduduk Inggris Raya (yang termasuk Skotlandia dan Irlandia Utara) memutuskan
untuk keluar dari kenaggotaan Uni Eropa. Inilah yang disebut Brexit (Britain
dan Exit).
Lalu apa itu
referendum? Dan kenapa juga referendum ini dilaksanakan?
Referendum di Inggris ini dilaksanakan karena memang pada
tahun 2015 Perdana Menteri Inggris David Cameroon menjanjikan akan mengadakan
referendum saat berkampanye. Terakhir kali referendum dilaksanakan adalah tahun
1975 dimana hasilnya adalah Inggris tetap berada di Uni Eropa. Namun pihak
Parlemen Inggris menganggap Uni Eropa sudah berubah banyak semenjak tahun 1975.
Pihak Parlemen merasa Uni Eropa sudah mencampuri urusan Ingggris terlalu
banyak.
Bentar bentar, Uni
Eropa itu apa ya?
Uni Eropa muncul dari keinginan untuk perdamaian setelah
terjadi Perang Dunia II. Lima tahun setelah Perang Dunia II berakhir, Perancis
dan Jerman membuat rencana agar kedua negara tidak pernah berperang lagi.
Hasilnya bukan hanya Perancis dan Jerman, tapi total 6 negara akhirnya membuat
persetujuan perdamaian dan perdagangan bersama pada tahun 1950. Inggris
bergabung dengan kerjasama ini pada tahun 1973. Hingga saat ini, anggota Uni
Eropa berjumlah 28 negara (menjadi 27 setelah Inggris keluar).
Lah itu bagus tuh Uni
Eropa, kenapa Inggris malah milih keluar?
Walaupun kelihatannya Uni Eropa adalah ide yang cemerlang,
kenyataanya tidak sesederhana itu. Demi keberlangsungan Uni Eropa, tentu saja
dibutuhkan dana. Dana ini diambil dari iuran setiap negara anggota. Namun,
biaya iuran tidak sama untuk setiap negara. Negara dengan kemampuan finansial
yang besar seperti Jerman, Perancis, dan Inggris harus membayar iuran yang
tinggi. Sementara negara dengan kemampuan finansial tidak sekuat negara anggota
lain seperti Hungaria, Polandia, dan Yunani dapat membayar lebih rendah. Ini
adalah salah satu alasan Inggris memilih keluar.
Selain masalah iuran, berbagai keputusan juga diambil oleh
badan tersendiri yakni Komisi Eropa (European Commission) dan keputusan ini
mengikat seluruh anggota Uni Eropa. Untuk kasus penanganan migran dari timur
tengah yang berdatangan ke Eropa misalnya, Komisi Eropa memutuskan bahwa Eropa
akan membukakan pintu bagi para migran. Negara dengan keuangan tidak terlalu
mapan seperti Yunani tentu mengalami kesulitan dengan kebijakan ini. Mereka
baru saja mendapat pinjaman setelah dililit hutang dan tidak mampu membayar
hutangnya, namun sekarang harus membiayai para migran. Masalah ini juga dialami
oleh negara anggota lain, bahkan yang keuangannya lebih baik seperti Inggris
sekalipun.
Emang segede apa sih
iurannya? Kok sampe harus keluar dari Uni Eropa?
Tabel ini menunjukkan besaran iuran yang dibayarkan oleh
setiap negara anggota. Seperti yang terlihat di tabel, Inggris merupakan
penyumbang iuran terbesar ketiga setelah Jerman dan Perancis. Dengan total dana
terkumpul 145 miliar Euro (2.168 trilun rupiah) pada tahun 2015, artinya iuran
12,57% yang dibayarkan Inggris tahun lalu adalah 18,2 miliar Euro (272 triliun
rupiah).
Tapi masa gak ada
untungnya sih kalo Inggris tetap jadi anggota Uni Eropa?
Salah satu alasan para pendukung Inggris tetap berada di Uni
Eropa adalah alasan ekonomi. Walaupun Inggris harus membayar iuran kenggotaan
setiap tahunnya, namun Inggris juga mendapat berbagai kemudahan dalam menjual
barang dan jasa yang dihasilkan ke negara anggota lain. Hal ini dimungkinkan
karena tidak adanya penerapan tarif untuk transaksi sesama anggota. Akan
berbeda halnya jika Inggris bukan lagi anggota Uni Eropa. Setiap transaksi
dengan negara anggota akan dikenakan tarif, sama seperti transaksi dengan
negara-negara non-Uni Eropa. Hal ini dianggap dapat menghambat laju
perekonomian Inggris.
Selain itu, pihak yang pro Uni Eropa berpendapat bahwa
imigran yang datang dari timur tengah justru dapat menjadi tenaga kerja yang
menggerakan perekonomian. Setelah bekerja nantinya mereka juga akan menjadi
pembayar pajak di Inggris.
Jadi sekarang Inggris
sudah resmi keluar dari Uni Eropa?
Hasil referendum memang menunjukkan penduduk Inggris ingin
keluar dari Uni Eropa. Tapi berbagai negosiasi antara kedua pihak harus
dijalani untuk menentukan berbagai hal kedepannya. Salah satunya adalah untuk
memisahkan perekonomian Inggris dan Uni Eropa yang saat ini sudah terikat.
Proses ini dapat memakan waktu 2 tahun bahkan lebih. Selama masa negosiasi ini,
Inggris masih dianggap negara anggota Uni Eropa. Artinya Inggris masih harus
mematuhi segala peraturan dan perjanjian keanggotaan, namun tidak berhak untuk
memberikan suara dalam pengambilan keputusan lagi.
0 comments:
Post a Comment