Jaringan Hotel Sahid merupakan salah satu jaringan
hotel terbesar di Indonesia yang bernaung dibawah Sahid Group yang membawahi
beberapa bisnis. Pendiri Sahid Group mulai dirintis pada tahun 1953. Pendiri
Hotel Sahid adalah Sukamdani Sahid Gitosardjono, beliau dilahirkan pada tanggal
14 Maret 1928 di kota Solo. Ia adalah putra pasangan dari R Sahid Djogosentono
dan R Ngt Hj Sadinah. Masa kecilnya dijalani di Sukoharjo, Solo. Ketika
Sukamdani kecil, kehidupan orang tuanya sangat prihatin. Bapaknya R.Sahid Djogosentono
membuka usaha jahitan, sedang ibunya membuka warung kecil-kecilan. Dalam usia 8
tahun, Sukamdani sudah membantu bapaknya, ia juga membantu ibunya berjualan.
Untuk menyiapkan keperluan barang dagangan, saya kepasar berbelanja membeli
sabun, teh, rokok, pisang dan kelapa. Tiap kali dagangan laku, ibunya
memberinya persenan. Uang itu ditabung, kalau sudah banyak baru dibelikan ayam,
kalau ayam sudah banyak, beliau lalu ganti dengan kambing. Setelah kambing
beliau banyak, Beliau jual untuk beli kerbau, kenang Sukamdani. Disaat liburan
sekolah Sukamdani membantu menuai padi disawah.
Pada Tahun 1945, pada masa perang kota
tempat Sukamdani kekurangan logistik, beliau kemudian berpikir bagaimana
memberi makan tentara walaupun saat itu didukung rakyat. Lalu beliau kemudian
berpikir mengumpulkan kain batik dari rakyat untuk ditukar dengan beras. Beras
itu untuk makan para tentara. Saat berperang tahun 1948-1950, beliau telah
menjadi pengusaha. ketika Tentara butuh makanan, beliau lalu mencari gaplek di
Wonogiri dan kemudian gaplek ini ditukar dengan beras. Setelah perang usai,
Sukamddani kemudian kembali bersekolah. Kemudian pada tahun 1952, Sukamdani
pindah ke Jakarta, Waktu turun dari kereta api di stasiun gambir, modalnya
hanyalah sebuah kopor dan sebuah sepeda. Beliau mulai menjadi pegawai negeri
sipil di Kementerian Dalam Negeri. Namun, Sukamdani waktu itu tidak kerasan
dengan perkerjaan tersebut. beliau ingin menjadi seorang pemimpin bukan seorang
pegawai, namun waktu itu beliau juga sudah merintis usaha kecil-kecilan.
Pada 27 Mei 1953, Sukamdani kemudian
menikah dengan Juliah yang merupakan anak dari Mangkunagaran. Pada 1 Juni tahun
yang sama beliau kemudian menyewa sebuah tempat untuk percetakan yang kelak
ditempat tersebut berdiri megah Grand Hotel Sahid di Jalan Jenderal Sudirman,
Jakarta). Istrinya mendukung untuk berwirausaha dengan membuat percetakan.
Beliau kemudian membeli dua alat percetakan dari tabungan. Istrinya adalah anak
orang berada, tapi tetap mau berusaha. Sukamdani sendiri yang membeli kertas ke
Jalan Tiang Bendera, Jakarta. Ia pula yang mengantar dan menjemput pesanan
cetak, termasuk menagih biaya cetak. ''Naik turun oplet, tak heran, saya banyak
kenalan nonpri,'' katanya mengenang masa dulu. Sukamdani juga senang
berorganisasi. Dari usaha grafika, beliau berinisiatif bikin kongres perusahaan
percetakan Indonesia pada Juli 1956. Karena berorganisasi ini beliau bertemu
dengan Presiden Soekarno. Beliau melihat hubungan dengan Presiden harus dibina.
Bisnis percetakan bisa berkembang baik karena saat peralihan ibu kota dari
Yogyakarta ke Jakarta banyak buku dan dokumen pemerintah yang harus dicetak.
Beliau mendapat banyak order. Bahkan order beliau limpahkan ke Bandung,
Semarang, hingga Surabaya. Beliau juga dikenal pintar cari order.
NV Harapan Massa, percetakan yang
didirikannya itu, berjalan lancar. Tahun 1958, Beliau pun berhasil
mengembangkan usahanya. Ia mendirikan, sekaligus menjadi Presiden Direktur, PT
Tema Baru yang juga bergerak dalam bidang percetakan dan penerbitan. Perusahaan
itu mendapat order dari Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan. Mesin
cetaknya pun sudah lebih modern. Dan pada tahun 1962, Mas Kam sudah punya tiga
percetakan di Jakarta, serta satu lagi di Solo. Awal mula berbisnis hotel pada
awalnya adalah ketika beliau pernah terdampar di di Medan pada tahun 1960
karena penerbangan yang sedikit dan selalu penuh. beliau menginap di hotel
cukup lama. Dari kejadian ini, beliau berpikir bisnis hotel pasti dibutuhkan
oleh negara yang baru merdeka. Saya memulai bisnis hotel di Solo. Investasi
hotel dari usaha dagang kertas dan percetakan. Untuk membangun hotel, saat itu
susah cari semen. Akhirnya beliau beli semen selundupan.
Beliau masuk ke dunia pendidikan dengan
mendirikan Akademi Grafika tahun 1965, lalu membuat Sekolah Tinggi Grafika.
Kemudian mendirikan Universitas Veteran Bangun Nusantara di Sukoharjo melalui
Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Sosial Sahid Jaya. Prinsipnya
kesejahteraan untuk karyawan, pendidikan untuk masyarakat luas, dan pengabdian
sosial untuk masyarakat. Kemudian Akademi Perhotelan pada 1988, lalu membikin
Universitas Sahid. Tahun-tahun berikutnya tumbuh hotel baru dan usahanya
berkembang pesat di antaranya industri, perdagangan kertas, biro perjalanan,
pariwisata, pertanian, konstruksi, perkebunan. Ia juga pendiri Harian Bisnis
Indonesia dan saat ini menjabat pemimpin umum. Kini Sukamdani mempunyai 14
hotel mencakup 2750 kamar dan sudah menerima 15 tanda jasa dan bintang
kehormatan atas karyanya.
Di sisi organisasi, Sukamdani mampu membawa
Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) disegani secara legal dan formal
menjadi mitra pemerintah. Dia dipercaya sebagai ketua umum Kadin pada 1982 dan
terpilih lagi pada 1985. Dia lantas dipercaya sebagai Ketua Umum Kadin Asean
1987-1988. Keberhasilannya yang menonjol adalah memprakarsai, merintis dan
melaksanakan pembukaan kembali hubungan dagang Indonesia-China yang terputus
sejak 1967. Jaringan hotel Sahid milik Sukamdani termasuk terbesar di
Indonesia. Tahun 2013 Sukamdani berencana membangun 30 hotel baru lagi.
...Saya tak pernah
berputus asa. Mengerjakan sesuatu selalu sampai tuntas" ucap Sukamdani
Sahid Gitosardjono
Kunci sukses menurut Sukandani Sahid
Gitosardjono adalah Pertama adalah jujur, yaitu jujur kepada Tuhan dan diri
sendiri. Kemudian disiplin mengatur waktu dan teguh menuju target yang akan
dicapai. Ketiga, bertanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain. Keempat,
kerja keras. Kelima, berprestasi yang direstui Allah dan didukung orang lain.
menurut beliau juga, Hidup harus bisa menghidupi orang lain, artinya membuka
lapangan kerja. Tidak serakah. Bisnis itu untuk kesejahteraan. Mengembangkan
uang yang didapat untuk membuka lapangan kerja agar orang lain juga bisa
berkembang. Bisnis adalah kesempatan mengembangkan uang agar orang lain bisa
mendapat nafkah, mendapat rumah, dan mendapat pendidikan. Bisnis itu berkah
bagi kita dan bagi orang lain dan apabila anda mempunyai tekad dan niat untuk
mendirikan suatu usaha atau berwiraswasta jangan takut untuk kalah, jangan
menyerah sebelum berperang, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin asal kita
mau berkerja keras untuk meraih semua impian dan mimpi-mimpi. pasti dan sudah
pasti ada hasilnya dikemudian hari kalau kita mau bekerja keras, Berani, dan
tidak malu dalam berwiraswasta.
Beliau juga mengurus pesantren di Bogor.
Indonesia dengan penduduk yang beragama Islam lebih dari 200 juta harus
memiliki wirausahawan yang tangguh. Beliau minta santri menjadi pengusaha. Di
dalam pesantren, beliau menumbuhkan etos kerja keras dan etos keilmuan. Beliau
harus selalu belajar. Dari kegiatan ini beliau ingin menyiapkan kader bangsa
berbudi agar bisa menghidupi keluarga dan bangsa.
0 comments:
Post a Comment