Mengapa wanita kurang mendapat sorotan di dunia industri
teknologi? Salah satu alasannya adalah karena masih kurangnya figur wanita yang
bisa dicontoh. Alasan lainnya adalah ketidak percayaan dalam memberi investasi
startup yang dipimpin oleh wanita.
Berdasarkan daftar pendanaan startup di Indonesia pada tahun
2014, hanya dua dari 36 startup tersebut yang dipimpin oleh wanita (meskipun
satu di antaranya telah masuk daftar dua kali berturut-turut, jadi secara
teknis ada tiga dari total 36).
Kami percaya pentingnya memberi sorotan kepada para
entrepreneur wanita yang telah memimpin startup mereka dengan sukses. Mereka
semua mendobrak ‘norma’ dan siap memimpin ranah bisnis startup teknologi yang
penuh dengan risiko.
Berikut daftar 10 nama tokoh technopreneur wanita di
Indonesia yang telah menjadi contoh cemerlang dengan ide membangun startup di
kategori berbeda, mulai dari kesehatan, fashion, dan juga sistem pembayaran
online.
Aulia Halimatussadiah
– Nulisbuku
Nama Aulia Halimatussadiah sudah lama dikenal di ranah
startup Indonesia. Ia telah menciptakan beragam buku fiksi dan membangun
beberapa bisnis online, termasuk toko buku online Kutukutubuku di 2006. Selain
itu, ia juga memimpin startup yang menjadi platform self-publishing online
Nulisbuku.
Ollie, sapaan akrab wanita berhijab ini, tetap berjuang di
ranah ini karena telah berkomitmen untuk terus mempromosikan para entrepreneur
wanita di Indonesia. Melalui GirlsinTechIndonesia, ia bersama dengan Anantya
van Bronckhorst dan Ria Ariyanie memulai komunitas untuk founder startup
wanita.
Catherine Hindra
Sutjahyo – Zalora
Catherine Sutjahyo meninggalkan pekerjaannya di McKinsey
untuk bisnis yang lebih menantang: ia menjadi co-founder dan direktur Zalora
Indonesia. Raksasa e-commerce ini merupakan bagian dari keluarga Rocket
Internet dan diluncurkan di Indonesia pada tahun 2012.
Menjadi bagian dari jaringan Rocket Internet otomatis
membuat nama Catherine bersinar dan ia kini bertanggung jawab mengurus
pendanaan jutaan dolar dari firma seperti JP Morgan dan Rocket Internet.
Cynthia Tenggara –
Berrykitchen
BerryKitchen merupakan layanan delivery katering yang
mengantarkan makan siang kepada pelanggan yang sebagian besar merupakan pekerja
kantoran. Sang founder, Cynthia Tenggara, sebelumnya bekerja di Groupon
Indonesia, sehingga ia telah familier dengan perkembangan bisnis teknologi. Di
Maret 2014, startup miliknya mendapat pendanaan dari ANGIN, angel investment
asal Indonesia yang khusus mendanai startup menjanjikan yang dipimpin oleh
wanita. Setahun berikutnya, BerryKitchen mendapat pendanaan lain dari East
Ventures
Claudia Widjaya dan
Yenti Elizabeth – BerryBenka
BerryBenka memulai bisnisnya dari skala toko online kecil di
Agustus 2011. Dikepalai oleh dua wanita, Claudia Wijaya dan Yenti Elizabeth,
BerryBenka mungkin belum sebesar Zalora, namun bisnis ini menunjukkan performa
menjanjikan untuk meyakinkan East Ventures menanamkan investasi di 2012.
BerryBenka mendapat investasi lainnya dari GREE Ventures di Januari 2013 dan
pendanaan ketiga sebesar USD 5 juta (sekitar Rp 63 miliar) di akhir 2013.
Kedua wanita ini memulai bisnis kecil, hingga kini terus
membesar.
Diajeng Lestari –
HijUp
Diajeng Lestari bekerja di Mars Indonesia sebelum akhirnya
terjun ke dunia e-commerce. Startup miliknya, HijUp, berfokus menjual barang
fashion bagi Muslim. Dengan pertimbangan Indonesia memiliki populasi Muslim
terbanyak, bisnis ini memiliki ide yang sangat bagus. Melakukan operasional
secara bootstrap sejak 2011, HijUp mendapat investasi di 2015.
Diajeng kini memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa
e-commerce miliknya juga dapat populer di negara Muslim lainnya.
Donna Lesmana –
Lolalola
Donna Lesmana merupakan founder e-commerce khusus lingerie
wanita, Lolalola. Ia sebelumnya berkecimpung di dunia e-commerce peralatan
olahraga outdoor SukaOutdoor. Ia memutuskan untuk mendirikan Lolalola setelah
mengetahui besarnya potensi ranah toko lingerie online di Indonesia. Startup
ini diluncurkan pada Agustus 2014 dan saat ini telah didukung oleh Ardent
Capital yang berbasis di Hongkong dan aCommerce sebagai mitra logistik dan
marketing.
Dengan mitra handal tersebut, Donna mungkin juga akan
membawa Lolalola ke negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
Grace Tahir – PilihDokter
Grace Tahir telah bekerja di sektor kesehatan lebih dari
satu dekade. Selain menjadi entrepreneur, Grace juga merupakan direktur RS
Mayapada. Ia menjadi co-founder PilihDokter di 2014, sebuah platform yang ingin
memberi solusi masalah kesehatan di Indonesia dengan cara menghubungkan
konsumen dengan dokter handal dan menyediakan kesehatan berkualitas dan saran
medis. Dan bisnis ini berjalan baik. PilihDokter telah mendapat pendanaan dari
platform konsultasi dokter asal Singapura RingMD.
Selain itu, Grace mendukung ekosistem startup sebagai angel
investor. Di September 2014, ia menanamkan investasi pada platform manajemen
HR, Talenta.
Hanifa Ambadar –
Female Daily
Hanifa Ambadar menjalankan jaringan media online Female
Daily. Meskipun masih menjadi perdebatan apakah majalah online dapat
dikategorikan ke dalam startup teknologi, Female Daily jelas masuk ke dalamnya.
Dimulai dari blog fashion personal di 2005, Female Daily kini tumbuh besar –
sangat besar lebih tepatnya.
Website mereka memiliki komunitas dan forum yang
memungkinkan anggota terdaftar untuk menulis ulasan sebuah produk dan
berpartisipasi di forum diskusi. Female Daily memiliki pandangan unik bagi
wanita yang aktif di dunia online. Ini membantu Hanifa menjaring klien iklan
dan juga membuat dirinya menjadi konsultan yang banyak dicari. Female Daily
mendapat pendanaan USD 1 juta (sekitar Rp 13 miliar) yang digunakan untuk
ekspansi bisnis.
Nabilah Alsagoff –
Doku
Nabilah merupakan founder dan COO Doku. Melalui Doku, ia
membangun platform untuk menghadapi persoalan rumit dalam pembayaran online di
Indonesia. Doku telah melayani nama besar seperti Air Asia dan Sinar Mas.
Nabilah juga telah berada di ranah bisnis ini dalam jangka
waktu lama. Ia mulai memikirkan tentang bisnis e-payment di 2002, saat ia masih
menjadi konsultan bagi Kementerian Pariwisata Indonesia yang saat itu ingin
membangun portal yang dapat membantu mengembalikan industri pariwisata Bali
setelah peristiwa bom di pulau tersebut.
Pengalamannya menjadi inspirasi bagi banyak orang dan ia
masih menyempatkan waktu untuk berbagi kisahnya dengan komunitas. Ia juga
menjadi salah satu pembicara di Startup Asia Jakarta 2014.
Veronika Linardi –
Qerja
Veronika Linardi merupakan co-founder Qerja, sebuah startup
yang memungkinkan para pencari kerja dan karyawan berbagi informasi gaji secara
anonim – topik yang jarang dibahas secara terbuka. Platform milik Qerja serupa
dengan model bisnis yang diterapkan di AS.
Di awal Maret 2015, Qerja mendapat pendanaan sebesar delapan
digit dari SB ISAT Fund, sebuah joint venture milik SoftBank dan Indosat.
Tentunya, para VC percaya bahwa Veronika dapat membawa Qerja ke level
selanjutnya. Veronika memiliki banyak pengalaman di bidang SDM. Ia juga telah
memimpin perusahaan perekrutan kerja miliknya yang bernama Linardi Associates
sejak 2006.
Sumber / Reference :: https://id.techinasia.com/
0 comments:
Post a Comment