Darwati hanyalah seorang anak petani penggarap
biasa yang berasal dari Blora Jawa Tengah. Kesulitan ekonomi keluarga
memaksanya untuk bekerja. Selepas SMA, Ia kemudian bekerja sebagai pembantu
rumah tangga (PRT) di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.
Meski bekerja sebagai PRT, namun Darwati
memiliki keinginan untuk kuliah. Ia pun kemudian memberanikan diri untuk
meminta izin kepada majikannya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi. Darwati ternyata memiliki majikan yang sangat baik, Ia diizinkan untuk
kuliah.
Darwati pun akhirnya diterima kuliah pada
jurusan administrasi publik di kampus Universitas 17 Agustus 1945 di Kota
Semarang, sejak tahun 2011 lalu. Meski terdaftar sebagai mahasiswi, namun
Darwati tetap menjadi pekerjaannya sebagai PRT.
Dalam seminggu, tiga hari (Senin, Selasa,
dan Rabu), Ia minta izin kepada majikannya untuk kuliah, sementara di hari
lainnya Darwati menjalani pekerjaan rumah tangga seperti mengepel, menyapu
rumah, hingga membersihkan pekarangan.
Di sela-sela kesibukannya menjalani
pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, Darwati berusaha untuk selalu belajar.
Di awal-awal kuliah, Ia merasa kesulitan terutama karena harus membagi waktu
antara kuliah dan bekerja. Fisiknya juga kadang merasa lelah, yang berimbas
pada kurangnya konsentrasi saat di kelas.
“Kadang, apa yang disampaikan dosen ya
lewat kuping saja. Tidak masuk, karena saya tidak fokus, karena capek juga,”
ucap dia
Dengan segala risiko tersebut, Darwati
mengaku tetap semangat dan bersungguh-sungguh menjalani kuliah sekaligus tetap
bekerja sebagai PRT. Segala kesulitan tersebut justru membuatnya semakin
‘tangguh’ dan berpikir cerdas untuk mensiasati antara kuliah dan bekerja.
Darwati yang awalnya “hanya’ digaji Rp.
300.000 per bulan, harus prihatin dan pintar-pintar menggunakan uangnya untuk
biaya kuliah. Lagipula majikan Darwati juga sangat baik, gajinya naik setiap
tahunnya. Majikannya juga seringkali memberi uang saku ketika Darwati berangkat
kuliah. Darwati mengaku upahnya tiap bulan cukup untuk membiayai kuliahnya
sebesar Rp 2,5 juta per semester.
Setelah menjalani kuliah selama 4,5 tahun
sambil bekerja sebagai PRT, Darwati akhirnya lulus dengan gelar sarjana terbaik
di jurusannya, administrasi publik. Gelar tersebut diperoleh setelah indeks
prestasi kumulatif Darwati mencapai 3,68.
Saat wisuda yang digelar Selasa (19/5/2015)
kemarin, Darwati masih tidak percaya dirinya ternyata bisa berhasil dengan
segala kesulitan dan juga keterbatasannya karena harus membagi waktu antara
kuliah dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Darwati pun meyakinkan bahwa selama
pekerjaan yang dijalani halal, pekerjaan apapun itu, termasuk menjadi PRT,
tidak lantas kemudian profesi yang membuat kita menjadi rendah dari orang lain.
Jadikan hinaan dan disepelekan serta dipandang sebelah mata sebagai motivasi
untuk maju dan berubah ke keadaan yang lebih baik.
0 comments:
Post a Comment